RAMUAN MEMBANTU MENURUNKAN ASAM URAT
FITOTERAPI
RAMUAN MEMBANTU MENURUNKAN ASAM URAT
A. Definisi Asam Urat
Penyakit asam urat berlebih, pirai atau encok adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, akibat gangguan metabolisme purin sehingga produksi asam urat meningkat, dan atau pembuangan melalui ginjal menurun atau akibat peningkatan asupan makanan dengan kadar purin tinggi (Anonim, 2012).
Asam urat merupakan asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein) yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Selain itu asam urat dapat mengendap pada ginjal sebagai batu ginjal (nefrolitiasis). Dalam keadaan normal kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa <7 mg/dL dan pada wanita <6 mg/dL. Apabila kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat pada sendi dan tulang rawan seperti pada telinga (Anonim, 2012).
Gout artritis (GA) merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Terdapat empat fase yang terjadi dalam proses penyakit GA, yaitu hiperuresemia asimtomatik, keradangan akut, keradangan interkritikal dan topaseus kronis (Muniroh, 2010).
B. Penyebab Asam Urat
Penyebab utama terjadinya kadar asam urat berlebih dalam darah adalah adanya gangguan metabolisme purin. Kondisi ini dapat lebih parah dengan adanya faktor resiko seperti pola makan yang kurang sehat yaitu mengkonsumsi berlebihan makanan yang mengandung kadar purin tinggi seperti sayur (daun singkong, daun dan buah melinjo, bayam, buncis, bunga kol dan kacang-kacangan), daging (kambing, jeroan, burung dara dan bebek), seafood (kepiting, udang, cumi), coklat dan konsumsi alkohol yang berlebihan (Anonim, 2012).
Faktor resiko lainnya antara lain terganggunya fungsi organ tubuh seperti gangguan fungsi ginjal, saluran kemih, diabetes melitus, hipertensi dan penggunaan obat-obatan seperti obat TBC (INH, pirazinamida dan etambutol) serta obat golongan diuretik. Pada beberapa orang peningkatan asam urat disebabkan karena faktor genetik yaitu kekurangan Hipoxanthine Guanine Phosphoribosyl Transferase (HGPRT) (Anonim, 2012).
Penimbunan kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis. Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan pemicu utama gout artritis diantaranya konsumsi minuman keras dan kebiasaan makan makanan kaya purin. Selain itu, kebiasaan minum obat jenis diuretika (hidroklorotiazide), yaitu obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat serum (Muniroh, 2010).
C. Gejala Asam Urat
Secara sederhana gejala awal yang ditimbulkan pada penderita asam urat berlebih antara lain nyeri hebat pada malam hari sehingga penderita sering terbangun saat tidur. Pada kondisi akut sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba panas. Keadaan akut biasanya berlangsung 3-10 hari dilanjutkan dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi berulang kali dan semakin lama semakin berat. Apabila keadaan tersebut berlanjut akan mengenai jaringan sendi atau pada tempat lainnya seperti tulang rawan telinga dengan disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamakan thopi sehingga mengakibatkan deformitas (kerusakan) sendi secara kronis (Anonim, 2012).
D. Pengobatan Asam Urat
Secara umum, pengobatan antiinflamasi dilakukan dengan tiga cara, yaitu menggunakan obat anti inflamasi non steroid (the first line of antiinflammatory therapy), dengan obat steroid (the second line of treatment) dan dengan obat oral kolkisin (the third line of treatment). Mekanisme kerja obat anti inflamasi non steroid seperti indometasin dan aspirin untuk pengobatan gout artritis adalah memblokade terbentuknya faktor-faktor proinflamasi leukotrien dan prostaglandin sehingga tidak terjadi keradangan akut pada sendi (Muniroh, 2010).
Pengobatan asam urat secara umum dapat diatasi dengan menggunakan obat herbal atau obat modern (allopurinol dan probenesid). Selain itu penderita juga harus menerapkan pola hidup sehat seperti diet untuk menurunkan berat badan, banyak minum, membatasi asupan alkohol dan purin. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di 4 propinsi (Sulawesi Selatan, Banten, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur) dengan 4 etnik (Toraja, Badui Dalam, Batak Karo, dan Dayak) didapatkan ramuan untuk membantu menurunkan asam urat (Anonim, 2012).
Formula jamu terdiri atas formula dasar yang mengandung meniran, temulawak, dan kunyit yang memiliki efek penyegar serta jamu yang mengandung bahan-bahan berkhasiat. formula jamu yang diteliti, sudah ada bukti ilmiahnya, yakni jamu tekanan darah tinggi dan asam urat, dan telah mendapat sertifikat dari Komisi Nasional Saintifikasi Jamu dan dinyatakan terbukti aman dan berkhasiat. Penelitian terdiri dari uji standardisasi, toksisitas pada hewan uji, observasi klinik, dan uji klinik. literatur menjelaskan bahwa penggunaan dari tanaman obat menawarkan berbagai keuntungan, yaitu relatif aman, sedikitnya efek samping, dan pada umumnya biaya lebih rendah (harga yang lebih murah) jika dibandingkan dengan obat konvensional (Febriyanti dkk., 2014).
E. RAMUAN (Anonim, 2012)
Meniran 7 batang
Temulawak 1 ruas jari
Sambiloto 7 batang
Kunyit 1 ruas jari
Brotowali 1 ruas jari
Air 6 gelas
Cara pembuatan:
Bahan direbus dengan 6 gelas air sampai tersisa 3 gelas kemudian disaring.
Cara pemakaian:
Diminum 3 kali sehari 1 gelas.
Ramuan ini, bila diolah dan dijadikan ekstrak dapat dibuat dalam bentuk sediaan kapsul untuk menjamin kualitas dan keamanan dari ramuan. Selain itu karena ramuan berasa pahit sehingga jika diformulasi menjadi kapsul dapat menutypi baud an rasanya yang pahit (Harwoko, 2016).
F. Deskripsi Tanaman (Anonim, 2012)
1. Meniran
Nama Daerah :Meniran (Jawa); Gosau ma dungi (Ternate).
Nama Latin/simplisia : Phyllanthus niruri Linn / Phyllanthi nirurii Herba
Sinonim : Phyllanthus urinaria Linn.
2. Temulawak
Nama Daerah : Koneng gede (Sunda), temulawak (Jawa), temo labak (Madura).
Nama Latin/simplisia ; Curcuma xanthorrhiza Roxb / Curcumae xanthorrhizae Rhizoma.
3. Sambiloto
Nama Daerah ; Papaitan, ampadu (Melayu); Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara, sambilata, sadilata, sambiloto takila (jawa).
Nama Latin/simplisia ; Andrographis paniculata Nees. / Andrographidis paniculatae Herba.
Sinonim ; Justicia stricta Lamk.
4. Kunyit
Nama Daerah ; Kunyet (Aceh); kuning (Gayo), kunyet (Alas), kuning (Batak Karo), hunik (Batak toba), unik (Batak Mandailing); kunyit (melayu), kunyir (Lampung), Kunyir, koneng, konengtemen. (sunda); kunir, kunir bentis, temu kuning (Jawa), konye, temokoneng (Madura),Henda (Dayah Ngaju, Katingan, Ot danum), kunyit (Dayak Olon Maanyan), cahang (Dayak penyabung), dio (Dayak Penihing), kalesiau (Kenya); Nusa Tenggara: huni (Bima), dingira, hingiro, kunita, kunyi, konyi, wingira (Sumba barat); Alawahu (Gorontalo), kolagagu (Buol), pagidon (Toli-toli), uni (Toraja), kunyi (Makasar), unyi (Bugis), gurati, gulati, gogohoki (halmahera); Kunik, huni (Roti), kuriai (Leti), lulu malai (Babar), ina, kunin, uni (Seram Timor), unin, unine, one (Seram Barat), Irian Jaya: Rame (Kapaur), kandaeifu (Nufur), mingguai (Wandamen), Ternate Tidore: Guraci.
Nama Latin/simplisia ; Curcuma domestica Val/Curcumae domesticae Rhizoma
Sinonim ; Curcuma longa Auct.
5. Brotowali
Nama Daerah : Andawali (Sunda), antawali, brotowali, daun gadel, putrawali (Jawa), Antawali (Bali).
Nama Latin/simplisia : Tinospora crispa Miers / Tinosporae crispae Caulis
Sinonim : Tinospora tuberculata Beumee.; T.rumphii Boerl.; Cocculus crispus DC.; Menisperum crispum Linn.; M.tuberculatum Lamk.; M. verrucosum Flem.
G. Kandungan kimia
1. Meniran
Kandungan kimia pada meniran yaitu saponin, flavonoid dan tanin (Nala, 2003).
2. Temulawak
Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak asiri, pati, protein, lemak (fixed oil), selulosa, dan mineral. Yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak asiri. Ketiganya banyak digunakan baik dalam industry maupun dalam rumah tangga. Pati temulawak berwarna putih kekuningan karena mengandung kurkuminoid. Kadar protein pati temulawak lebih tinggi disbanding pati tanaman lainnya. Sedangkan kadar minyak asiri temulawak tidak kurang dari 6% yang diperoleh dari penyulingan (Said, 2006).
Minyak temulawak mengandung beberapa zat yakni seskuiterpen, a-curcumene, 1-sikloisoprenmyrcene, zingiberene, xanthorrhizol, turunan lisabolen, epolisid-bisakuron, dll. Kurkuminoid temulawak terdiri atas kurkumin dan desmetoksikukumin bedanya dengan kunyit adalah temulawak tidak mengandung bisdesmetoksikurkumin sehingga lebih efektif untuk sekresi empedu dibandingkan dengan kunyit. Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak toksik, dan berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit (Said, 2006).
3. Sambiloto
Orang-orang mencari alternatif baru dengan mengembangkan penggunaan obat tradisional yang cenderung lebih aman. Salah satu tanaman yang mudah untuk ditemukan yaitu Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.). Sambiloto dikenal secara luas baik di kalangan pengguna tanaman obat, pembuat jamu, pengobat tradisional dan peneliti tanaman obat. Tanaman ini terdapat di seluruh Indonesia. Daun Sambiloto mengandung flavonoid turunan flavon, yaitu 4’hidroksi flavon. Flavonoid diisolasi terbanyak dari akar. Beberapa senyawa flavonoid dan alkaloid dapat menghambat kerja enzim xanthine oxidase sehingga dapat menghambat pembentukan asam urat dalam tubuh (Septianingsih, 2012).
4. Kunyit
Senyawa aktif dalam minyak atsiri kunyit yang pernah dilaporkan mengandung senyawa cynnamyl tiglate (C14H16O2), eucalyptol (C10H18O), methylol pinene (C11H18O) dan bicyclo 3.3.1 non-2-en9-ol (C9H14O) diduga merupakan zat-zat aktif yang dapat menghambat pelepasan IL1-β dan TNF-α dalam keradangan sendi (Muniroh, 2010).
5. Brotowali
Senyawa dari brotowali dilaporkan sebagai columbine, tinocrisposide, alkaloid kuartenener, saponin, tanin, polifenol, glikosida dan flavonoid. Aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dari batang brotowali. Flavonoid dan alkaloid dapat berkolaborasi dengan xanthine aktivitas inhibitor oksidasi. Hal ini dapat menghambat produksi asam urat, zat endogen penyakit asam urat yang terlibat (Harwoko, 2016).
H. Kegunaan Secara Empiris
1. Meniran
Kencing kurang lancar, demam, ayan, malaria, sembelit, tekanan darah tinggi, haid tidak teratur, sariawan, mules, kencing nanah, raja singa, ginjal nyeri, diare, tetanus, darah kotor, kejang, kencing batu, kejang perut, sakit gigi, batuk rejan (Anonim, 2012).
2. Temulawak
Radang ginjal, kejang, malaria, diare, kurang nafsu makan, kurang darah, cacar air, radang lambung, gangguan aliran getah empedu, kecacingan, ASI kurang, penyegar setelah nifas/haid, eksema, sembelit, kencing darah, ayan, penyakit hati, batu empedu, jerawat, ambeien (Anonim, 2012). Selain itu dapat digunakan sebagai pewarna alami makanan, bahan penyedap masakan dan minuman. Berdasarkan penelitian dan pengalaman temulawak telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Temulawak dapat digunakan sebagai obat anti inflamasi. Melalui aktivitas anti inflamasinya, temulawak efektif untuk mengobati radang sendi, rematik atau artritis rematik. Zat aktif yang berkhasiat sebagai anti inflamasi adalah germakron (Said, 2006).
3. Sambiloto
Radang tonsil/amandel, borok, kena racun jamur/singkong/udung/ bongkrek, tipus, demam, gatal, digigit serangga/ular berbisa, kencing manis, disentri, radang anak telinga, eksema, radang usus buntu, masuk angin, trachoma, difteri, darah kotor, ayan, kencing nanah, rajasinga, katimumul/kapalan (Anonim, 2012).
4. Kunyit
Radang usus buntu, radang rahim, radang amandel, mati haid, asma, borok, gatal, radang gusi, koreng, bengkak, encok, radang hidung, perut nyeri, sembelit, eksema, kurang darah, darah tinggi, demam-nifas, diare, gabag, cacar sapi, pusing, demam kuning, keputihan, kudis, disentri (Anonim, 2012).
Kurkumin dilaporkan mempunyai aktivitas multiseluler karena dapat menangkal dan mengurangi risiko beragam penyakit antara lain antiproliferasi dan antioksidan dengan menghambat 97,3% aktivitas peroxidasi lipid seluler, mengikat berbagai jenis protein sel dan menghambat aktivitas enzim kinase, pengaturan aktivitas faktor transkripsi seluler, ekspresi enzim inflamasi, sitokin, adesi molekul, penurunan siklin D1, siklin E dan mekanisme peningkatan ekspresi gen p21, p27 dan p53 dalam proses karsinogenesis. Senyawa aktif kurkumin dari hasil ekstraksi rimpang kunyit dapat menurunkan aktifitas sekresi Tumor Necrosis Faktor-α (TNF-α) pada penderita osteoartritis, sedangkan minyak atsiri hasil destilasi uap rimpang kunyit dilaporkan mempunyai senyawa aktif bergugus molekul serupa kurkumin yang berkhasiat anti radang pada edema sendi tarsal tikus (Muniroh, 2010).
5. Brotowali
Encok, koreng, gatal, luka, nyeri perut, radang umbai usus buntu, demam kuning, cacing kremi, diare, kencing manis, kudis, kencing nanah, rajasinga, cacar air, cacar sapi, malaria, cholera, trachoma (Anonim, 2012).
I. Tinjauan Ilmiah
1. Meniran
Ekstrak etanol herba meniran dosis 0,83; 1,66 dan 3,33 g/kg BB mampu menurunkan kadar asam urat mencit putih jantan galur Balb-C yang diinduksi kalium oxonat. Ekstrak pada dosis 3,33 g/kg BB mempunyai potensi yang sama dengan allopurinol 10 mg/kg BB dalam menurunkan kadar asam urat (Anonim, 2012).
2. Temulawak
Ekstrak metanol dari rimpang temulawak kering menunjukkan aktivitas analgesik dan diuretik pada tikus Swiss albino. Pemberian secara oral dari ekstrak metanol temulawak dosis 150 dan 300 mg/kg BB, menunjukkan efek penghambatan geliat pada tikus yang diinduksi dengan asam asetat sebesar 33,2 dan 50,5 %. Pemberian dosis oral yang sama menghasilkan efek diuretik maksimum sebesar 1,24 dan 1,45 setelah 2 dan 1 jam penelitian. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa efek diuretic dari ekstrak dimulai setelah 1 jam pemberian pada dosis 150 dan 300 mg/kg BB tikus. Diamati bahwa aktivitas diuretik meningkat dengan meningkatnya konsentrasi sampel uji. Ekstrak etanol temulawak telah diuji sebagai anti radang dan analgesik pada tikus jantan galur wistar diinduksi reumathoid artritis (RA) dengan complete freunds adjuvant (CFA). Kedua efek tersebut dibandingkan dengan metotrexat 2,5mg/kg/hari yang diberikan per oral selama 30 hari. Ekstrak temulawak 25 dan 50 mg/kg diberikan oral 20 hari setelah injeksi CFA sampai hari ke-50, keduanya tidak berefek secara klinis namun dapat memperpanjang waktu reaksi terhadap induksi termal secara signifikan dan dapat menurunkan udem kaki. Efek anti radang dan analgetik ekstrak etanol temulawak 25 mg/kg lebih baik dari ekstrak 50 mg/kg. Penelitian lain menyebutkan bahwa temulawak mempunyai efek anti radang yang disebabkan oleh senyawa germakron yang terkandung dalam temulawak (Anonim, 2012).
3. Sambiloto
Telah dilakukan uji klinis terhadap tablet sambiloto (30% andrografolida) pada pasien dengan rematoid arthritis (RA). Tablet diberikan tiga kali sehari selama 14 minggu, setelah 2 minggu periode washout untuk 60 pasien dengan RA aktif. Parameter uji adalah intensitas rasa sakit yang diukur dengan menggunakan skala nyeri visual analog horisontal (VAPS). Intensitas nyeri sendi menurun pada kelompok aktif bila dibandingkan plasebo pada akhir pengobatan, meskipun perbedaan-perbedaan ini secara statistic tidak signifikan. Selain itu, juga terjadi pengurangan faktor reumatoid, IgA, dan C4. Efek anti radang sambiloto dikaitkan dengan andrografolida sebagai kandungan utama. Penelitian lain melaporkan bahwa ekstrak metanol sambiloto mampu menghambat produksi nitrit oxida (NO) sebagai radikal bebas, yang distimulasi oleh lipopolisakarida (LPS) in vitro pada Bacillus Calmette-Guein (BCG)-induced macrophage. Demikian juga dua senyawa diterpen lakton, andrografolida dan neoandrografolida menunjukkan efek penghambatan produksi NO dengan nilai IC50 berturut-turut 7,9 dan 35,5 p.M. Pada pengujian ex vivo, neoandrograpolid juga menghambat produksi NO 35 dan 40% setelah pemberian neoandrograpolid secara oral dengan dosis masing-masing dan 25 mg/kg/hari, dan diukur produksi NO yang distimulasi PS. Namun neoandrograpolid tidak menurunkan produksi NO pada pemberian oral dengan dosis yang sama. Disimpulkan bahwa neoandrograpolid yang menghambat produksi NO baik in vitro maupun ex vivo kemungkinan memainkan peranan penting dalam peggunaan sambiloto sebagai sediaan antiradang (Anonim, 2012).
4. Kunyit
Pengujian efek anti radang kurkumin sebagai senyawa utama pada rimpang kunyit telah dilakukan pada hewan coba mencit dan tikus yang diinduksi dengan karagenan. Pada mencit, kurkumin dapat mengurangi 50% edema pada dosis 48 mg/kg BB, sedangkan pada tikus, dosis di bawah 20-80 mg/kg BB dapat mengurangi edema dan anti radang. Efek anti radang kunyit diketahui juga melalui penghambatan biosenitesis leukotrien sehingga menghambat produksi prostaglandin. Alfa tumeron memblok proliferasi human limfosit dan menurunkan aktivitas natural killer cell. Hasil uji klinik menunjukkan bahwa kunyit merupakan anti radang yang efektif pada pasien dengan radang paska operasi, osteoarthritis dan rematoid arthritis (Anonim, 2012).
5. Brotowali
Brotowali diketahui memiliki efek analgesik berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan metode tail flick. Dosis uji yang digunakan sebesar 3,33; 6,66; 13,33; 26,66 mL/kg BB untuk infusa brotowali dan dibandingkan dengan asetosal dosis 52 mg/kg BB dan akuades dosis 26.66 mL/kg BB. Hasil uji menunjukkan bahwa infus brotowali dosis 6.66 dan 13,33 mL/kg BB memberikan efek analgesic sama dengan efek asetosal. Pada penelitian yang lain dengan menggunakan alat Pletismometer, uji efek anti radang dikaji berdasarkan kemampuan infus batang brotowali 20% dalam mengurangi radang yang diinduksi oleh karagenan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa Infus batang brotowali 20% pada dosis 8 mL/200 g BB memberikan efek yang hampir sama dengan asam asetilsalisilat dengan dosis 30 mg/200 g BB (Anonim, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim, 2012, Formularium: Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia, Badan POM Republik Indonesia, Jakarta: 5-11.
- Febriyanti R.M., Imas M., Supriytna, Hadiyana S. Firdha S.M., 2014, Analisis Farmakoekonomi Saintifikasi Jamu Antihipertensi, Antihiperglikemia, Antihiperkolesterolemia, dan Antihiperurisemia, IJPST, 1 (2).
- Harwoko dan Nur A.C., 2016, Quality Standardization Of Brotowali (Tinospora Crispa) Stem Extract, Tradisional Medicine Journal, 21 (1).
- Muniroh L., Santi M., Triska S.N. dan Rondius S., 2010, Minyak Atsiri Kunyit Sebagai Anti Radang Pada Penderita Gout Artritis Dengan Diet Tinggi Purin, Makara Kesehatan, 14 (2).
- Nala A., 2003, Manfaat Apotik Hidup, Bina Karya, Jawa Tengah.
- Said A., 2006, Khasiat dan Manfaat Temulawak: 7-12.
- Septianingsih U., Hari S. dan Wahyu W., 2012, Penghambatan Aktivitas Xanthine Oxidase Oleh Ekstrak Etanol Akar Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness) Secara in Vitro, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2 (2).
0 Response to "RAMUAN MEMBANTU MENURUNKAN ASAM URAT"
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang bijak dan santun. Penggunaan link aktif akan terhapus otomatis. Untuk mendapatkan backlink Anda bisa menggunakan opsi Nama/Url.
Catatan :